Pengembangan Pariwisata Budaya di Kawasan Dataran Tinggi Dieng dalam Satu Dasawarsa Dieng Culture Festival

Authors

  • Malidya Puspita Ayu Institut Teknologi Bandung
  • Ayu Setya Kemalasari Institut Teknologi Bandung
  • Meisa Sofia Institut Teknologi Bandung

DOI:

https://doi.org/10.37253/altasia.v2i2.564

Keywords:

Dieng Culture Festival; Masyarakat Lokal; Pariwisata Budaya; Rambut Gimbal; Special Event.

Abstract

Dataran Tinggi Dieng yang termasuk ke dalam KSPN Borobudur-Dieng melingkupi dua wilayah administrasi kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara menjadi salah satu destinasi wisata yang diunggulkan di Jawa Tengah. Ditunjang dengan adanya atraksi wisata tahunan yang secara rutin menarik banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi Dieng yaitu Dieng Culture Festival yang kemudian disingkat DCF. Hingga tahun 2019, DCF sudah dilaksanakan selama satu dasawarsa berturut-turut. Acara ini menggabungkan wisata budaya dan wisata alam dengan mengandalkan suasana Dieng yang dingin dengan suhu yang rendah pada Bulan Agustus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan menganalisis peran Dieng Culture Festival sebagai faktor penggerak pariwisata budaya di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Adapun data yang didapatkan merupakan hasil observasi serta wawancara semi-terstruktur dengan pemangku kepentingan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Temuan penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi beberapa pengembangan pada unsur-unsur pelaksanaan Dieng Culture Festival dari tahun ke tahun. Masyarakat lokal mengaku tidak merasakan berkurang atau bahkan hilangnya makna sakral dalam pelaksanaan ritual upacara pemotongan rambut gimbal dan pertunjukkan kesenian tradisional. Sebaliknya, masyarakat mengaku bahwa pengemasan Dieng Culture Festival hingga tahun ini justru meningkatkan perekonomian masyarakat dan mereka tidak merasa terganggu dengan keberadaan wisatawan.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abidin, Y. Z., & Beni, A. S. (2014). Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Beeton, S. (2006). Community Development Through Tourism. Australia: Landlinks.

Daliyo. (2012). Kualitas SDM Pariwisata: Era Otda dan Globalisasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Durkin, J dan Peric, M. (2017). Organising for Community-Based Tourism: Comparing Attitudes of Local Residents ad Local Tourism Entrepreneurs in Ravna Gora. Local Economy.

Gunn, CA. (2002). Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases. New York: Routledge.

Hamzah, Amran dan Khalifah, Zainab. (2009). Handbook on Community Based Tourism: How to Develop and How to Sustain CBT. Kuala Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia

Harmawati, Yuni, dkk. (2016). Nilai Budaya Tradisi Dieng Culture Festival sebagai Kearifan Lokal untuk Membangun Karakter Bangsa. Journal of Urban Society’s Arts, 3(2), 82-95.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2012). Buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Pamudji S. (1985). Kerjasama Antar Daerah dalam Rangka Pembinaan Wilayah: Suatu Tinjauan dari Segi Administrasi Negara. Jakarta: Bina Aksara.

Pularsih, Eka. (2015). Komodifikasi Ruwatan Massal Cukur Rambut Gembel Pada Festival Budaya Tahunan di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Peterson, Paul E. (2008). City Limits. Chicago: University of Chicago Press.

Richards, G. (2007). Cultural Tourism: Global and Local Perspectives. Binghamton: The Haworth Press, Inc.

Soeriaatmaja, A. R. (2005). Peran Penataan Ruang Tapak pada Pengembangan Pariwisata Budaya Tradisional. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Spillane, James J. (1990). Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Warpani, Suwardjoko P. (2007). Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB Press.

www.diengpandawa.com diakses pada 20 Agustus 2019.

Published

2019-11-18