Makna Serta Interaksi Sosial Tentang Kue Keranjang Perayaan Imlek di Indonesia
DOI:
https://doi.org/10.37253/altasia.v3i2.5396Keywords:
Melestarikan Warisan Budaya, Imlek dan ‘Kue Keranjang’Abstract
‘Kue keranjang’ disajikan dalam perayaan Tahun Baru Imlek setiap tahun, diolah secara khusus, dan bentuk kuenya bulat berwarna kecoklatan dengan rasa manis. Terbuat dari bahan tepung beras ketan putih. Walaupun bentuk dan warnanya kurang menarik, tetapi ‘kue keranjang’ wajib dan harus ada disajikan pada saat perayaan tahun baru Imlek. Banyak diantara para generasi muda etnis Tionghoa kurang memahami sejarah dan makna ‘kue keranjang’. Bahkan banyak dari mereka tidak mencicipinya karena rasa yang terlalu manis, dan lengket seperti dodol. ‘Kue keranjang’ merupakan salah satu makanan tradisional bagi etnis Tionghoa, kini kurang popular di kalangan generasi melenial. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan sejarah dan makna ‘kue keranjang dalam perayaan tahun baru Imlek, untuk melestarikan ‘kue keranjang’ agar tetap menjadi bagian warisan budaya Indonesia. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Alasannya masalah yang diteliti merupakan masalah fenomena social yang di teliti pada suatu daerah yaitu Kota Batam. Data yang dikumpulkan melalui media wawancara daring (online), dilakukan verifikasi dan reduksi, penyajian data, dan validasi. Hasil penelitian bahwa generasi melenial etnis Tionghoa kurang memahami sejarah dan makna, ‘kue keranjang’ hal tersebut dikarenakan tidak ada penyampaian secara khusus kepada anak-anak. Bentuk yang kurang menarik, rasa yg manis serta lengkep di makan sehingga yang menyebabkan tidak menggugah selera untuk di cicipi. Diharapkan ‘kue keranjang’sebagai warisa budaya dapat dilestarikan dengan cara, menyampaikan cerita yang menarik bagi anak-anak dan dalam bentuk drama untuk para remaja tentang sejarah dan makna ‘kue keranjang’ yang mengadung makna filosofis, rasa syukur atas limpahan rejeki, tahun yang akan semakin berlimpah lagi.
Downloads
References
Ayu, M. K. (2012). STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN (Universitas Atmajaya Yogjakarta; Vol. 66). Retrieved from https://e-journal.uajy.ac.id/432/
Bunyamin, H., Rahayu, S., & Kariman, A. (2016). Pengembangan Sistem Informasi Persediaan Dan Penjualan Barang di Perusahaan Dagang Dodol Juwita Garut Berbasis Dekstop. Jurnal Algoritma, 13(1), 205–210. https://doi.org/10.33364/algoritma/v.13-1.205
Cahaya, Bayu Tri., Waluyo., Savitri, Andriasari, Widi savitri., R. P. (2020). Urgensi Halal Tourism Makam Sunan Kudus Untuk Pertumbuhan Ekonomi Masyaraka. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Keislaman, 8(1), 1–18. Retrieved from file:///C:/Users/ODA/Downloads/2586-6352-1-SM.pdf
Devana, F., Agung, A., & Kurniawan, D. (2017). Perancangan Buku Ilustrasi Pengenalan Makna Simbolik dari Kue Tradisional Budaya Tionghoa di Indonesia untuk Remaja Usia 11-12 tahun. DKV Universitas Kristen Petra Surabaya, 1(10), 1–12. Retrieved from http://publication.petra.ac.id/index.php/dkv/article/view/5544/5067
Maulid, M., Samsudin., & Marliana, D. (2018). Proses Pengakuan Khonghucu Pada Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid ( 2000-2001 ). Historia Madani, 2(1), 49–66. Retrieved from https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/historia/article/view/9670/4708
Mohd Raduan, M. A. (2011). ETIKA DALAM KONGHUCU DAN DAN BUDHA (STUDI KOMPARATIF) (Universitas Islam Negeri SultanSyarif Kasim). Retrieved from http://repository.uin-suska.ac.id/208/1/2011_201120.pdf
Moloeng, Lexy J. (2012). Metode penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Nihayati, L. (2020). Dampak Sosial Perkembangan Bakpia Dalam Industri Pariwisata Di Pathuk Yogyakarta. Pringgitan, 1(1), 40–47. https://doi.org/10.47256/pringgitan.v1i1.10
Prasetyo, Tanjung., Medhiatika, N. L. M. V. (2020). Gastronomi Kuliner Peranakan Non-Halal Di Glodok, Jakarta. Jurnal Industri Pariwisata, 3(1), 36–45. https://doi.org/10.36441/pariwisata.v3i1.43
Rahayu, P. P., & Indiarti, P. T. (2020). Makna Peruntungan Usaha dalam Simbol di Budaya Imlek bagi Masyarakat Etnis Tionghoa Surabaya. Jurnal Psikologi Perseptual, 5(1), 55. https://doi.org/10.24176/perseptual.v5i1.4980
Rina, E. (2021). Filosofi Indah di Balik Mengapa Ketupat dan Opor Ayam Selalu Dihidangkan Saat Idul Fitri. TribonJogja.Com, p. 1. Retrieved from https://jogja.tribunnews.com/2021/05/11/filosofi-indah-di-balik-mengapa-ketupat-dan-opor-ayam-selalu-dihidangkan-saat-idul-fitri
Sugiyono (2019). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Alfabeta
Herman. (2012). Klenteng Klenteng; Asal Usul dan Berbagai Jenisnya | Tionghoa.INFO. Tionghoa.INFO: https://www.tionghoa.info/klenteng/
Ayu, Maytita Kusuma (2012). STUDI KASUS PADA BANGUNAN RUMAH IBADAT KELENTENG HOK LING MIAU, GONDOMANAN, JALAN BRIGJEND. KATAMSO NO.3, YOGYAKARTA:
http://e-journal.uajy.ac.id/432/3/2MTA00021.pdf
Tidak diketahui. 2020. Arti Kue Keranjang, Kue Khas Perayaan Tahun Baru Imlek di https://www.jd.id/news/insight/relationship/arti-kue-keranjang-kue-khas-perayaan-tahun-baru-imlek/
Kompas.com. 2020. Kue Keranjang: Sejarah dan Maknanya di https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/25/100000669/kue-keranjang-sejarah-dan-maknanya?page=all
Published
Issue
Section
License
The article publication is wholly owned by the Indonesian Tourism Journal (ALTASIA).