PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA NIAGA KOTA MAGELANG
DOI:
https://doi.org/10.37253/jad.v5i2.9829Keywords:
pusaka, niaga, ekonomi, desain, kemitraanAbstract
Kawasan Pusaka Niaga (bahasa Inggris: main street) adalah area bersejarah yang pada masa lalu sebagai generator kawasan dan mempunyai fungsi ekonomi yang tinggi. Namun, ketidakpahaman ekonomi pusaka serta strategi olah desain selalu menjadi alasan adanya ketimpangan dalam penataannya. Salah satunya adalah Kota Magelang sebagai kota kecil dengan sejarah perkembangan tata ruang fisik yang tinggi. Koridor ekonomi yang ada di tengah kota belum dikembangkan potensinya, khususnya terkait dengan aturan dan standard pelestarian kawasan berbasis 4 prinsip yaitu organisasi, desain, vitalitas ekonomi dan promosi. Implementasi kemitraan untuk kota kecil yaitu Kota Magelang dianggap masih memberatkan pelaksanaannya, berdampak pada desain yang tidak bisa dilakukan secara maksimal sehingga berpengaruh pada perkembangan kawasan ekonomi dan teknik promosinya. Kemitraan pada pengembangan Kawasan Pusaka Niaga Magelang sebagai aspek penting dalam pelestarian seharusnya melibatkan pemilik bangunan, pemerintah, dan swasta untuk mendapatkan pemanfaatan yang optimal dengan tetap memperhatikan nilai dan arti penting kawasan. Meskipun pada kenyataannya, kemitraan tersebut masih sangat sulit dilakukan karena konflik kepentingan dan pemahaman, terutama untuk kota-kota kecil seperti Kota Magelang. Melalui tulisan ini dijabarkan konsep kemitraan yang bisa digunakan untuk kawasan pusaka niaga dengan melihat kawasan dan bangunan serta aktivitas masyarakat sebagai aset ekonomi yang harus dikembangkan. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan melihat kemitraan pada Kawasan Pusaka Niaga Kota Magelang tidak hanya sekedar penyediaan pendanaan, namun kolaborasi antar pihak dalam pengelolaan setelah penataan dengan tawaran manfaat didalamnya. Konsep Public Private People Parthership menjadi salah satu konsep utama pengelolaan kemitraan dalam pelestarian kawasan pusaka niaga Kota Magelang.
Downloads
References
Adianti, I., & Rahmi, D. H. (2023). Spatial Permeability in Kraton Yogyakarta , Indonesia during the HB IX-HB X Periods. 10(9), 329–342.
Adianti, I., T. Adishakti, L., & Hadi Rahmi, D. (2021). Literatur Review: TEKNOLOGI dalam DOKUMENTASI BANGUNAN PUSAKA. SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi Dan Teknik Sipil, 1(2), 51–58. https://doi.org/10.29303/sade.v1i2.13
Adishakti, L. (2012). Kota Pusaka Sebagai Pembangkit Ekonomi Kreatif Di Indonesia. 1–53.
Adishakti, L. (2017). Pelestarian Bangunan Gedung Cagar Budaya , Tonggak Keberlanjutan Kota Pusaka. Workshop Pelestarian Bangunan Gedung Cagar Budaya.
Ashworth, G. J. (1991). Heritage planning: Conservation as the management of urban change. Geo Pers, Netherlands.
Australia ICOMOS. (1999). The Burra Charter : the Australia ICOMOS charter for places of cultural significance 1999 : with associated guidelines and code on the ethics of co-existence. International Council on Monuments and Sites, 23. http://australia.icomos.org/wp-content/uploads/BURRA_CHARTER.pdf
Bandarin, F., & van Oers, R. (2012). The Historic Urban Landscape. In The Historic Urban Landscape. https://doi.org/10.1002/9781119968115
Bandarin, F., & van Oers, R. (2015). Reconnecting The City. The Historic Urban Landscape Approach and The Future of Urban Heritage. In F. Bandarin & R. V. Oers (Eds.), Reconnecting the City The Historic Urban Landscape Approach and the Future of Urban Heritage. John Wiley & Sons, Ltd.
Clarke, N., Kuipers, M., & Stroux, S. (2020). Embedding built heritage values in architectural design education. International Journal of Technology and Design Education, 30(5), 867–883. https://doi.org/10.1007/s10798-019-09534-4
Heritage Canada Foundation. (2009). The Main Street Program : Past and Present (Issue March). http://www.pcs.gov.sk.ca/msprogramhcf
HSI. (2023a). Indonesia Meets Main Street Masterclass - Introduction.
HSI. (2023b). Tools/Strategies/Incentives. In Indonesian Meets Main Street Masterclass.
Kawalec, B., & Mount, R. (1984). Resurfing Main Street. Downtown revival Under The Main Street Program. Carolina Planning Journal, 34–38.
Kementerian PPN. (2020). Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi - Edisi II Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (TPB/SDGs). In Kementerian PPN.
L.Dono, A., & S. Glisson, L. (2009). Revitalizing main street: a practitioners guide to comprehensive commercial district revitalization. In The National Trust for Historic Preservation.
Licciardi, G., & Amirtahmasebi, R. (2012). The Economics of Uniqueness. Inverting in Historic City Cores and Cultural Heritage Assets for Sustainable Development. In Urban Development Series. Tje World Bank.
Moshinsky, M. (2018). Building Urban Resilience Through Change of Use. In Nucl. Phys. (Vol. 13, Issue 1).
Nasional Main Street Centre. (2018). Measuring Impact for Main Street Transformation: A Practitioner’s Guide.
Neamtu, B., & Leuca, C. R. (2006). Adapting The US Main Street Philosophy and Program To The Romanian Urabn Context. Could It Possibly Work? 80–95.
Nursyamsu, L., & Marcillia, S. R. (2022). Persepsi terhadap Kondisi Pelestarian Bangunan Cagar Budaya yang Menjadi Atraksi Wisata di Kotagede. ATRIUM: Jurnal Arsitektur, 8(1), 27-42.
Papageorgiou, A. (1971). Continuity and change: preservation in city planning. Pall Mall Press.
Pemerintah Indonesia. (2010). Undang Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
Rapoport, A. (1982). The meaning of the built environment. A Non Verbal Communication Approach. In Habitat International (Vol. 8, Issue 2). Sage Publication. https://doi.org/10.1016/0197-3975(84)90014-6
Robertson, K. A. (2004). The Main Street Approach to Downtown Development Development: AN Examination of The Four Point Program. Journal of Architectural Adn Planning Reserach, 21(1), 55–73.
Rossi, A. (1982). The Architecture of The City. The Graham Foundation for Advanced Studies in the Fine Arts, Chicago, Illinois, and The Institute for Architecture and Urban Studies, New York, New York.
Rypkema, D. (2015). Devising Financial Tools for Urban Conservation. In Reconnecting the City The Historic Urban Landscape Approach and the Future of Urban Heritage.
Rypkema, D., & Cheong, C. (2011). Measurements and Indicators of Heritage As Development. http://openarchive.icomos.org/1283/1/IV-1-Article3_Rypkema_Cheong.pdf
UNESCO. (2021). Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention. In Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention (Issue WHS, p. 188). http://whc.unesco.org/archive/opguide08-en.pdf
UNESCO World Heritage Centre. (2008). World Heritage Committee - 32nd session. May.
Utami, W. (2013). Konsep Saujana Kota Magelang. Universitas Gadjah Mada.
Utami, W. (2020). Resilience of cultural landscape heritage study in spatial tourism context. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 402(1).
Utami, W. (2022). Kota Magelang Dalam Penataan Saujana Pusaka. Seminar on Architecture Research and Technology, 2022, 105–118.
Utami, W. (2023a). Naskah Akademik Penghargaan Cagar Budaya Kota Magelang.
Utami, W. (2023b). SAUJANA MAGELANG : KOTA PUSAKA BERBASIS ALAM. Jurnal Arsitekta, November, 85–95.
Utami, W., Rahmi, N. E., Bahri, I., Zebua, P., Tumanggor, W., Arsitektur, D., Teknik, F., & Utara, U. S. (2023). Identifikasi Fisik Bangunan. 3(1), 15–25.
Van Oers, R., & Haraguchi, S. (2003). Identification and Documentation of Modern Heritage. World Heritage Papers 5, 121. http://whc.unesco.org/en/series/5/