PESISIR YANG BERKELANJUTAN: GREEN ARCHITECTURE DENGAN BUDAYA POPULAR DALAM EXHIBITION DAN CONVENTION CENTER DI KOTA BATAM
DOI:
https://doi.org/10.37253/jad.v5i1.9077Keywords:
arsitektur pesisir, arsitektur hijau, pusat pameran , convention center, sustainableAbstract
Kota Batam merupakan bagian dari Kepulauan Riau, Indonesia yang memiliki warisan budaya beragam. Salah satunya terdapat tarian Melayu, atraksi budaya, pameran terkait peninggalan budaya Melayu, dan aktivitas budaya modern lainnya. Aktivitas publik memiliki peran penting dalam membentuk budaya, memberikan hiburan, membangun komunitas, dan mendorong partisipasi warga dalam berbagai aspek kehidupan social. Dalam hal ini, kegiatan atraksi dan pameran di Kota Batam juga telah berbaur dari budaya lokal dan modern. Wadah dalam penyelenggaraan kegiatan acara pameran dan kegiatan pementasan di Kota Batam salah satunya sering dilaksanakan di area Atrium Mall dengan kapasitas serta jenis kegiatan yang dibatasi. Sehingga, wadah khusus untuk pusat pameran sebagai fasilitas budaya lokal dan modern kurang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk merancang pusat pameran pada kawasan pesisir berkelanjutan menggunakan pertimbangkan green architecture dengan budaya popular dalam exhibition dan convention center di Kota Batam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan pengumpulan data berupa observasi lapangan. Selain itu, juga menggunakan data skunder dan primer melalui interprestasi visual. Hasil dari penelitian ini merupakan perancangan konsep desain pada exhibition dan convention center di kawasan pesisir Kota Batam yang mendukung green architecture dengan adanya area kapal Jong dan open space yang dijadikan area budaya popular. Hasil rancangan fasad meliputi vertical green dan secondary skin pada bangunan utama dan pendukung lainnya. Seluruh atap dirancang sebagai green rooftop untuk mengurangi panas dan menyerap air hujan. Penggunaan low emissivity glass di seluruh bangunan mengurangi panas masuk, sementara panel surya dipasang di atap utama untuk energi terbarukan.
Downloads
References
Aguspriyanti, C. D., Shevriyanto, B., & Charlie, C. (2021). Pengaruh Bentuk Pola Persebaran Permukiman Penduduk terhadap RTH di Kampung Tua Tanjung Riau. TEKSTUR: Journal of Architecture, 2(1), 17–22. https://ejurnal.itats.ac.id/tekstur/article/view/1693
Aguspriyanti, C. D., Tan, D., & Yunita, I. (2021). Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Publik Berkonsep Green Architecture di Kampung Tua Tanjung Riau. Journal of Architectural Design and Development, 2(1), 54. https://doi.org/10.37253/jad.v2i1.4345
Bunaken, K. (2019). Karakteristik Permukiman Masyarakat Pada Kawasan Pesisir Kecamatan Bunaken. Karakteristik Permukiman Masyarakat Pada Kawasan Pesisir Kecamatan Bunaken, 6(1), 126–136.
Fitraya, R., Wulandari, E., & Priandi, R. (2022). Convention dan Exhibition Centre di Banda Aceh dengan Pendekatan Arsitektur Modern Kontemporer (Studi Kasus: Jl. Sultan Iskandar Muda, Kec. Meuraxa, Deah Baro, Kota Banda Aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Dan Perencanaan, 6(1), 74–78.
Fred Lawson. (1981). Conference, convention, and exhibition facilities : a handbook of planning, design, and management. London: Architectural Press.
Jimmy Priatman. (2002). “Energy-Efficient Architecture” Paradigma Dan Manifestasi Arsitektur Hijau. DIMENSI (Jurnal Teknik Arsitektur), 30(2), 167–175. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/view/15778
Kesrul, M. (2004). Meeting, Incentive, Trip, Confrence and Exhibition. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kembuan, C. M. K., & Poli, H. (2019). HOTEL DAN CONVENTION CENTER DI MANADO. Arsitektur Kontemporer. Jurnal Arsitektur DASENG, 8(2), 962–970
Koenjtaranigrat, dkk. 2012. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam perubahan. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu
Komalasari, R. I., Purwanto, & Suharyanto. (2013). Kajian Green Building Berdasarkan Kriteria Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development) pada Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro Semarang
R. Rizky, T. W. (2015). Mengenal Seni & Budaya 34 Provinsi di Indonesia. In Cerdas Interaktif.
Rangkuty, G. I. U., Chandrawati, A., Aswanti, C., Milala, M., & Budiman, Y. Y. (2021, April). Paintinggir Architecture: Designing a Coastal Area as a Painting Studio and Recess Area with a Sustainable Architectural Approach. In CoMBInES-Conference on Management, Business, Innovation, Education and Social Sciences (Vol. 1, No. 1, pp. 1789-1794).
Sarah, T. (2017). DAYA TARIK WISATA SAMPAN JONG PANTAI INDAH SELAT BARU. Jom Fisiop, 4(2), 1–9.
Solihin,Intan Salamina, (dkk). (2018). “Penerapan Arsitektur Hijau Pada Bangunan Transit Mall Di Surakarta. SENTHONG,Vol.1, No.2, Juli 2018, Hal. 253-262” Diakses dari https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/download/772/414
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2007 PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. (2007). Lembaran Negara Republik Indonesia, 27, 43. http://bk.menlh.go.id/files/UU_no_27_th_2007.pdf
Vale, B. and R. (1991). Green architecture: design for a sustainable future. Thames and Hudson Ltd.