SEKOLAH KHUSUS PELAYANAN TUNARUNGU DENGAN KONSEP DESAIN MOBILITY UNTUK MENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL
DOI:
https://doi.org/10.37253/jad.v4i2.8312Keywords:
Tuna rungu, Interaksi sosial, Re-design SpaceAbstract
Golden age merupakan masa emas bagi anak usia 0 sampai 5 tahun. Masa ini adalah waktu yang tepat untuk mencari, belajar, dan memperoleh pendidikan untuk masa depan anak. Namun, gangguan pendengaran memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan interaksi sosial anak, selain itu juga menghambat aspek mental dan ekspresif. Hal ini dikarenakan penyandang tuna rungu menerima informasi dalam bahasa nonverbal kinesik/ bahasa visual sehingga informasi yang didapat akan berbeda dengan anak yang tidak mengalami gangguan pendengaran. Permasalahan yang sering terjadi adalah sulitnya berinteraksi dengan guru sekolah reguler karena pengetahuan tentang bahasa tubuh masih belum banyak dipahami oleh para guru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu secara langsung mengobservasi kondisi interkasi anak-anak dan wawancara guru. Penelitian dilakukan di Sekolah intervensi anak berkebutuhan khusus tuna rungu yaitu Sekolah Smart Aurica School di Sukajadi, Batam. Tujuan dari penelitian ini adalah mengalisis kualitas sekolah tuna rungu di Batam sesuai dengan standar sarana dan pra sarana Peraturan Menteri Pendidikan No. 33 Tahun 2008. Hasil dari penelitian ini adalah sekolah Smart Aurica School yang tidak sesuai standar sarana dan pra sarana SLB dan merekomendasikan konsep desain yang menekankan kemampuan sosial penyandang tuna rungu untuk berinteraksi dengan masyarakat serta membentuk karakter yang baik guna memudahkan penyandang tunarungu dalam menempuh pendidikan dasar dengan nyaman, aman, dan mandiri.